Minggu, 31 Oktober 2010

Pendidikan Moral Dalam Keluarga

Jakarta, berita tentang pemerkosaan, pelecehan seksual, dan kejahatan lainnya hampir setiap hari dikabarkan media massa. Belum lagi video-video porno yang terus diproduksi. Baik yang dibuat secara profesional maupun amatir. Baik video yang memang diproduksi untuk kepentingan komersil maupun video yang pada awalnya hanya untuk kepentingan pribadi tapi 'terpublikasikan' secara umum.

Dampak video-video tersebut sangat luar biasa terhadap sikap dan gaya hidup masyarakat. Khususnya para generasi muda yang akan menjadi penerus bagi kelangsungan bangsa ini ke depannya. Bisa dibayangkan, jika para pemimpin bangsa di masa depan tersebut, saat ini sedang gemar menonton video-video mesum. Efek dari tontonan tersebut akan berpengaruh pada pembentukan sikap dan karakter mereka nantinya.

Video mesum (porno) ditengarai sebagai salah satu penyebab hilangnya nilai-nilai moral dan budaya anak bangsa. Maraknya aktivitas yang berbau seks bebas membuat kita menjadi gamang melihat perkembangan generasi muda saat ini. Apakah yang menjadi penyebab hal tersebut?

Setidaknya ada dua hal yang menjadi penyebab hal tersebut. Keduanya saling terkait satu sama lain.
1. Penyebab pertama adalah perkembangan teknologi yang sangat cepat.
2. Teknologi yang semakin modern memungkinkan penggunanya untuk dapat mengakses informasi dengan sangat cepat.




Sebut saja ada video mesum terbaru yang beredar di sebuah daerah di Jawa. Maka dengan bantuan internet video tersebut dapat tersebar luas dengan hitungan menit ke semua daerah di seluruh Nusantara. Penetrasi penyebaran video tersebut semakin meluas dengan bantuan koneksi data yang juga semakin canggih. Seperti bluetooth dan dari PC ke handphone atau sebaliknya.

Pada kasus Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari misalnya. Dengan bantuan media massa video tersebut diunduh sebanyak 200 ribu download dalam waktu 10 hari pertama. Andai saja 200 ribu download tersebut dilakukan oleh orang yang berbeda berarti terdapat 200 ribu orang yang memiliki video tersebut dari unduhan internet.

Misalkan saja, rata-rata per orang yang mengunduh tadi juga membagikan video tersebut kepada temannya yang lain melalui koneksi bluetooth minimal kepada 2 orang yang berbeda, maka akan terdapat tambahan 400 ribu orang lagi yang memiliki dan menonton video tersebut.

Berarti, sekarang ada 600 ribu orang yang memiliki video tersebut. Bayangkan jika video tersebut beredar seperti sistem multi level marketing (MLM). Dan, bayangkan juga jika seorang anak SMP membanggakan kepada teman satu kelasnya bahwa ia memiliki video tersebut dan kemudian hampir seluruh teman sekelasnya meminta kopi video tersebut.

Pasti akan lebih bermanfaat jika penyebaran informasi yang sangat cepat terjadi untuk hal-hal yang positif. Seperti penyebaran ilmu pengetahuan, sosialisasi program pemerintah terbaru, up date penelitian terbaru, dan sebagainya. Sehingga, teknologi tidak dapat disalahkan apalagi dihambat perkembangannya karena justru akan merugikan manusia itu sendiri. Yang salah adalah pengguna teknologi yakni manusia itu sendiri.


Penyebab kedua yang saling berkaitan dengan penyebab pertama adalah semakin berkurang nilai nilai pendidikan moral di setiap jenjang pendidikan formal. Mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan cenderung diarahkan kepada pencapaian kemampuan kognitif siswa saja.

Walaupun di dalam tiga aspek pendidikan juga terkandung ranah psikomotor dan afektif (sikap), namun tetap saja tidak mampu memberikan solusi bagi persoalan degradasi moral bangsa ini. Lantas apakah yang menjadi penyebab ranah pendidikan afektif tersebut tidak ampuh untuk mengatasi masalah ini?

Hal ini disebabkan karena ranah afektif yang dimaksud adalah sikap dan minat siswa terhadap masing-masing bidang studi yang sedang mereka pelajari. Jadi, ranah afektif yang dimaksud bukanlah sikap moral dan nilai etika yang mampu meninggikan derajat manusia karena keelokan budi pekerti.

Salah satu solusi yang bisa ditawarkan adalah pendidikan moral semenjak dini dari lingkungan keluarga. Banyak orang tua yang terjebak pada pola pendidikan yang sebenarnya justru berdampak negatif bagi perkembangan anak-anaknya.

Orang tua mengajarkan anak-anaknya berdemokrasi tapi tidak membekalinya dengan batasan yang wajib diketahui mereka. Sehingga, terjadi kebablasan dalam mengartikan kebebasan berpendapat, kebebasan bersikap, kebebasan dalam memilih tontonan yang layak, kebebasan dalam bergaul, kebebasan memilih pakaian sesuka mereka.

Ironisnya, orang tua ber-apologi dengan kata-kata 'biarlah, mereka kan masih muda'. Para anak-anak pun punya jawaban ampuh ketika ditegur, 'ah ... Bapak seperti tidak pernah muda saja'. Maka lengkaplah sudah proses 'demokrasi' dalam sebuah keluarga.


Tugas orang tua tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan lahiriah saja seperti makan, tempat tinggal, dan pendidikan formal. Tetapi, yang tidak kalah penting adalah kebutuhan anak untuk menjadi manusia paripurna dengan balutan budi pekerti yang menawan banyak orang juga merupakan tanggung jawab orang tua.

Banyak faktor yang membuat pendidikan moral keluarga menjadi sangat penting. Betapa banyak daerah yang menerapkan Perda yang bersifat keagamaan (Perda Syariah) namun perbuatan asusila juga tidak berkurang. Pornografi malah semakin menjadi-jadi.

Berarti, Perda yang dikeluarkan oleh penguasa tersebut tidak mampu membenahi moral anak bangsa. Karena, Perda pada umumnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat normatif dan simbolik. Bukan pada nilai-nilainya. Seberapa besar pun sanksi yang diberikan, jika nilai-nilai moral tersebut tidak bersemayam dalam diri setiap anak bangsa, tetap saja tidak akan mengubah keadaan.

Jika penguasa telah melakukan perannya dengan mengeluarkan peraturan yang bersifat mengikat, maka tugas keluargalah menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anaknya. Nilai-nilai universal seperti saling menghargai, saling menghormati, berpakaian layaknya manusia terhormat, tutur kata nan menawan merupakan produk olahan orang tua yang dikonsumsi oleh anak-anak mereka dan diaplikasikan dalam pergaulan. Nilai tersebut adalah materi ajar yang langsung dipraktekan dan dicontohkan dengan perbuatan oleh orang tua kemudian ditiru dan dianut secara langsung oleh anak-anak mereka dalam setiap aktivitas sehari-hari.
Jika setiap keluarga telah melakukannya maka akan tercipta lingkungan yang kondusif bagi perkembangan budi pekerti generasi penerus bangsa ini. Sekolah sebagai salah satu lingkungan yang bersentuhan langsung dengan anak-anak dapat memoles budi pekerti dengan ilmu pengetahuan dan sikap sebagai intelektual. Sehingga, tercipta bangsa Indonesia dengan anak-anak yang berbudi pekerti nan menawan.

Jakarta, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) minta supaya polisi cepat menuntaskan kasus beredarnya video porno mirip artis. KPAI menilai video-video itu sangat merugikan hak anak.

"Video ini sudah melanggar prinsip-prinsip hak anak," ujar Komisioner KPAI Masnah Sari saat ditemui di acara 'Usut Tuntas dan Tindak Tegas Semua Yang Terlibat Dalam Kejahatan Pornografi' di gedung DPD RI, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (18/6/2010).

Masnah mengungkapkan jika polisi tidak cepat menyelesaikan kasus video porno itu, dampak negatif dari video tersebut akan semakin parah. Menurutnya, anak-anak Indonesia tidak akan berkembang dengan baik.

"Kami pun berhak menegur pihak penegak hukum jika lambat dalam mengusut kasus ini," ucapnya.

Sampai saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan terhadap kasus beredarnya video porno tersebut. Sementara, dua pelaku penyebaran video tersebut sudah ditangkap.








Jakarta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) minta supaya polisi cepat menuntaskan kasus beredarnya video porno mirip artis. KPAI menilai video-video itu sangat merugikan hak anak.

"Video ini sudah melanggar prinsip-prinsip hak anak," ujar Komisioner KPAI Masnah Sari saat ditemui di acara 'Usut Tuntas dan Tindak Tegas Semua Yang Terlibat Dalam Kejahatan Pornografi' di gedung DPD RI, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (18/6/2010).

Masnah mengungkapkan jika polisi tidak cepat menyelesaikan kasus video porno itu, dampak negatif dari video tersebut akan semakin parah. Menurutnya, anak-anak Indonesia tidak akan berkembang dengan baik.

"Kami pun berhak menegur pihak penegak hukum jika lambat dalam mengusut kasus ini," ucapnya.

Sampai saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan terhadap kasus beredarnya video porno tersebut. Sementara, dua pelaku penyebaran video tersebut sudah ditangkap.

Tidak ada komentar: