Minggu, 31 Oktober 2010

Pelecehan Seksual Remaja Makin Memprihatinkan

BOYOLALI—Maraknya kasus pelecehan yang menimpa anak usia sekolah baru-baru ini mengundang keprihatinan berbagai pihak. Selain itu, minimnya pendidikan budi pekerti di sekolah dituding sebagai salah satu alasan perilaku negatif remaja. “Sungguh memprihatinkan, saat ini kasus pelecehan seksual, kekerasan, maupun kenakalan remaja bisa terjadi hampir setiap saat. Bahkan di pelosok seperti kawasan Boyolali utara pun juga terjadi,” ungkap Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2 TP2A) Boyolali, Atik Subowati Sabtu (28/8). Dikatakan, kasus pencabulan yang dilakukan terhadap dua siswi di Wonosegoro secara bergilir, bahkan salah satunya otak pelaku masih berusia 14 tahun, menjadi keprihatinan mendalam. Atik mengatakan, terjadinya kasus-kasus pelecehan seksual di kalangan remaja tersebut terjadi lebih karena kurangnya pendidikan budi pekerti di sekolah. Sehingga anak didik kurang bisa memahami arti budi pekerti maupun sopan santun. Akibatnya, remaja cenderung melakukan tindakan negatif di luar batas-batas norma kesopanan dan susila.
Untuk itu, pihaknya mendesak agar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Boyolali lebih menekankan pendidikan budi pekerti dalam proses belajar mengajar di sekolah. Atik mengungkapkan, kurikulum belajar mengajar zaman dulu selalu menekankan pendidikan budi pekerti. Hasilnya, jarang terjadi kasus kekerasan maupun pelecehan seksual di kalangan remaja. Selain itu, lemahnya pengawasan orangtua terhadap pergaulan anak, membuat pergaulan remaja tidak terkendali. Sementara hasil analisis berbagai pihak, kasus pelecehan seksual maupun kenakalan remaja biasanya diakibatkan oleh pergaulan di lingkungan yang kurang baik. Globalisasi informasi seperti akses internet juga dinilai memberikan andil perilaku negatif remaja, khususnya pornografi. Seperti diberitakan Joglosemar, tercatat dua kasus pencabulan dengan korban siswa SMP di Kecamatan Wonosegoro. Ironisnya, selain digilir, pelaku pencabulan rata-rata juga masih remaja. Bahkan salah satu otak pencabulan masih terhitung kakak kelas korban. (ono)

Tidak ada komentar: